
Tak sedikit orang kesulitan menjauhkan diri dari pekerjaan saat sedang berlibur. Melansir CNBC, sekitar 35 persen pekerja Gen Z mengaku merasa bersalah karena tidak bekerja saat sedang berlibur, menurut Workforce Confidence Index berdasarkan survei oleh LinkedIn terhadap 9.461 pekerja profesional di Amerika Serikat pada musim panas ini.
Baca Juga: Kenapa Gen Z Merasa Bersalah jika Tak Bekerja saat Liburan?
Rasa bersalah Gen Z disebabkan beberapa faktor utama, termasuk keterbatasan kemampuan finansial, sehingga takut kehilangan pekerjaan. Selain itu, mereka sedang berada di tahap karier di mana mereka lebih mementingkan untuk membuat atasan terkesan, bergaul dengan rekan kerja, dan berusaha sekeras mungkin.
Namun, bekerja saat liburan dapat mengirim pesan yang salah kepada atasan dan rekan kerja. Menurut Samm Samujh, seorang pelatih eksekutif di New York, bekerja saat liburan dapat membuat Anda dipandang buruk oleh rekan kerja.
Banyak orang berpikir bahwa bekerja saat liburan akan menunjukkan ia telah melakukan yang terbaik, sehingga pantas mendapatkan promosi. Padahal, ia sedang menunjukkan bahwa ia tidak memiliki batasan, sehingga orang-orang dapat menghubunginya sepanjang waktu. Akibatnya, orang lain menganggapnya tak punya keterampilan manajemen waktu.
Bekerja saat cuti pun menunjukkan kurangnya kepercayaan di antara timnya. Jika Anda memberi tahu tim bahwa Anda akan cuti 2 pekan dan meminta digantikan, lalu mengirim email kepada mereka saat liburan, hal ini akan menyebabkan kebingungan dan lebih banyak kerugiannya.
Sebaliknya, menyusun rencana pengambilalihan tugas selama cuti dapat berdampak positif pada dinamika tim. Pasalnya, kerja sama tim jadi terbangun.
Penulis/Editor: Citra Puspitaningrum
Tag Terkait: