
Melihat portofolio investasi berwarna merah tentu bikin panik. Namun, bukan berarti kita harus berhenti menanamkan uang. Nyatanya, kita perlu mengabaikan dorongan untuk menjual saham dan terus menanamkan investasi saat pasar sedang tertatih-tatih.
Melansir Money, setiap kali terjadi penurunan pasar, investor sulit menaruh perhatian pada "berkah". Namun, inilah yang perlu mereka lakukan, menurut Jordan Sowhangarm wakil presiden dan penasihat kekayaan di perusahaan manajemen kekayaan Girard, Divisi Kekayaan Univest. Alih-alih panik terhadap angka negatif, ia mengingatkan para investor agar melihat gambaran besarnya.
Baca Juga: Kenapa Investasi Saham Sering Disamakan dengan Judi?
Volatilitas, termasuk kemerosotan pasar, akan menjadi gambaran besar itu. Jadi, ingatlah hal-hal berikut ini saat Anda ketar-ketir ketika pasar saham sedang tertatih-tatih.
1. Uang Tidak Benar-benar Hilang
Mungkin Anda merasa kehilangan uang saat aset di rekening investasi Anda menyusut. Namun, Anda tidak benar-benar kehilangan uang kecuali jika menjualnya. Perlu diingat, posisi merah tersebut hanya kerugian "di atas kertas". Kerugian tersebut belum terealisasi dan masih berkesempatan untuk Anda dapatkan kembali jika Anda tetap berinvestasi.
2. Kesempatan untuk Membeli
Kemerosotan pasar memang menakutkan, tetapi ini juga berarti aset keuangan seperti saham sedang diobral. Jadi, jika finansial Anda cukup, turunnya pasar menjadi peluang bagus untuk menambah investasi atau membeli yang baru pada tingkat yang umumnya lebih rendah. Dengan membelinya di harga diskon, potensi pertumbuhannya di masa depan menjadi lebih tinggi dari sebelumnya.
3. Pasar Tak Selamanya Kelam
Karena Anda tak dapat mengetahui kapan pasar akan pulih, Anda berisiko kehilangan keuntungan jika berhenti berinvestasi. Hari-hari terbaik pasar saham pun cenderung terjadi tepat tak jauh dari hari terburuknya. Misalnya, menurut laporan Guide to Retirement oleh J.P. Morgan Asset Management tahun 2022, antara 1 Januari 2002 hingga 31 Desember 2021, 7 hari terbaik saham indeks S&P 500 terjadi hanya dalam 2 pekan dari 10 hari terburuknya.
4. Diversifikasi Kuncinya
Selain tetap berpegang pada rencana jangka panjang, Anda perlu mendiversifikasi portofolio untuk membantu menyebarkan profil risikonya. Diversifikasi berarti memiliki beragam investasi dalam portofolio dengan jenis berbeda-beda, seperti saham dan obligasi, serta sektor yang beragam, misalnya teknologi dan manufaktur.
Jika investasi Anda terdiversifikasi, satu instrumen akan bertahan, bahkan naik, ketika instrumen lainnya terpukul. Jadi, dengan diversifikasi, portofolio Anda seharusnya tak terlalu merah.
Penulis/Editor: Citra Puspitaningrum