Kenapa Anda Perlu Mengenali Profil Risiko Diri Sendiri sebelum Mulai Berinvestasi?

Ada banyak jenis instrumen investasi yang tersedia saat ini, seperti emas, deposito, obligasi, reksa dana, saham, atau properti. Beragamnya jenis investasi ini pun dapat membingungkan calon investor pemula. Namun, mereka akan lebih mudah memilih jika sudah mengenali profil risiko masing-masing.
Melansir Bankrate, profil risiko menggambarkan tingkat toleransi seseorang terhadap kemampuan dan kemauannya untuk menerima penurunan nilai investasinya. Profil risiko ini penting untuk diketahui agar Anda bisa menumbuhkan aset Anda tanpa merasa stres.
Baca Juga: Kenapa Investasi Saham Bisa Bikin Rugi?
Misalnya, Anda berinvestasi saham, tetapi tak berani menghadapi risiko kehilangan uang pokoknya untuk sementara. Padahal, harga saham sangat fluktuatif. Alhasil, makan jadi kurang enak dan tidur tak nyenyak saat nilai saham anjlok.
Ingatlah kembali saat Maret 2020. Pasar merosot pada saat itu. Angka pengangguran melonjak. Dunia menghadapi ketidakpastian akibat Covid-19 yang menghancurkan ekonomi.
Investor yang memiliki profil risiko rendah langsung panik menjual sahamnya. Sebaliknya, investor yang memiliki profil risiko tinggi justru nekat memborong saham dan menikmati panen saat pasar saham mencetak rekor tertinggi pada tahun 2021.
Profil risiko investor pun diuji kembali pada 2022 saat kenaikan suku bunga menyebabkan saham dan obligasi jatuh. Beberapa saham yang paling spekulatif turun 80 persen lebih dari level tertingginya setelah valuasi perusahaan dinilai kembali dan timbul kekhawatiran akan potensi resesi.
Jadi, jika Anda tidak berani menghadapi risiko kehilangan uang pokok Anda, Anda harus puas dengan investasi berisiko rendah yang hanya memberikan imbal yang lebih rendah. Namun, jika Anda ingin investasi dengan potensi imbal yang lebih tinggi, Anda harus siap berdamai dengan potensi penurunan mendadak atau kerugian langsung yang lebih tinggi. Dengan memahami profil risiko diri sendiri, Anda dapat menyusun strategi untuk investasi Anda dengan keseimbangan antara kekhawatiran volatilitas dan potensi imbal yang lebih besar.
Jenis Profil Risiko
Ada 3 jenis profil risiko seperti berikut ini.
1. Konservatif
Investor konservatif berfokus pada keamanan modal dan menghindari risiko penurunan. Artinya, ia harus puas dengan imbal yang lebih rendah, tetapi terhindar dari perubahan nilai yang drastis. Produk investasi berisiko rendah yang cocok untuk investor konservatif meliputi emas, deposito, tabungan berjangka, obligasi, dan reksa dana pendapatan uang. Profil risiko ini biasanya cocok untuk investor yang lebih tua yang mendekati masa pensiun.
2. Moderat
Profil risiko moderat berdiri di tengah-tengah konservatif dan agresif. Contoh klasiknya misalkan alokasi portofolio berupa 60 persen saham dan 40 persen obligasi. Dengan demikian, tercapai keseimbangan antara sejumlah uang yang diinvestasikan untuk pertumbuhan (saham) sekaligus menjaga stabilitas untuk menghasilkan pendapatan pasif (obligasi).
3. Agresif
Investor yang memiliki profil risiko agresif akan mengalokasikan mayoritas portofolionya ke aset berisiko tinggi, seperti saham. Prospek imbalnya memang lebih tinggi dari waktu ke waktu. Namun, investasi ini berpeluang besar kehilangan nilai sementara. Selain itu, tak ada jaminan investor akan benar-benar mendapatkan uangnya kembali. Jadi, dengan profil risiko agresif, Anda bersedia menerima kemungkinan kehilangan sebagian bahkan seluruh modal investasi.
Penulis/Editor: Citra Puspitaningrum
Tag Terkait: