
Budaya split bill ramai diperbincangkan di media sosial belakangan ini. Konsep membayar sendiri-sendiri, terutama saat kencan, telah menjadi kontroversi dalam berpacaran. Padahal, suami istri pun masih ada yang menggunakan konsep split bill dalam mengatur keuangan rumah tangga mereka.
Setelah menikah pasangan suami istri biasanya menyatukan keuangannya. Cara ini tak hanya meringankan tugas sehari-hari, seperti membayar tagihan atau membeli bahan makanan, tetapi juga dalam merencanakan masa depan, seperti menyiapkan tabungan pensiun, membeli rumah, dan bekerja menuju tujuan keuangan bersama.
Baca Juga: Kenapa Orang Menerapkan Split Bills saat Berkencan?
Namun, dengan menggabungkan keuangan, keduanya juga harus menggabungkan utang, anggaran rumah tangga, dan tabungannya. Cara berbelanja dan menghemat uang pun harus kompak, sementara masing-masing memiliki cara menangani uang yang jauh berbeda.
Tak heran, muncul beberapa faktor yang mendorong pasangan suami istri tetap memisahkan keuangan masing-masing. Melansir The Balance Money, berikut alasan pasangan suami istri memutuskan untuk split bill dalam mengatur keuangan rumah tangga.
1. Yang Satu Hemat, Yang Lainnya Boros
Keuangan sangat sulit disatukan ketika salah satu dari pasangan rajin menabung, sementara yang satunya lagi suka menghabiskannya. Si penabung pun jadi tak ingin menggabungkan keuangannya karena ingin melindungi tabungannya. Sementara itu, si boros sulit untuk mempertanggungjawabkan pengeluarannya. Alhasil, kepercaaan di awal pernikahan terancam bermasalah.
2. Masalah Kartu Kredit dan Utang
Tidak langsung menggabungkan keuangan setelah menikah merupakan langkah yang tepat jika salah satu dari pasangan suami istri memiliki jumlah utang yang signifikan atau skor kredit yang sangat buruk. Pasangan yang satu mungkin merasa takut ikut menanggung semua utang. Bukan hal yang mudah pula untuk menyatukan aset dengan seseorang yang memiliki skor kredit buruk, terutama jika mereka sedang berusaha membeli rumah.
3. Masalah kecanduan
Split bill tepat dilakukan jika ada masalah kecanduan dalam hubungan. Jika tidak, tabungan pensiun bakal terkuras akibat kecanduan judi atau narkoba. Kecanduan belanja pun dapat memiliki efek serupa.
Kecanduan juga bisa berujung pada perselingkuhan finansial. Selain itu, masalah bisa terjadi saat salah satu mencuri identitas pasangannya dan membuka pinjaman atas namanya tanpa sepengetahuan pasangan tersebut.
4. Ketimpangan Harta
Setiap pasangan masuk ke dalam hubungan pernikahan dengan harta masing-masing. Yang satu mungkin memiliki lebih banyak dari yang lain. Potensi perceraian pun selalu ada, sehingga salah satunya takut dirugikan secara finansial oleh pasangannya. Alhasil, ia sulit membangun kepercayaan finansial dalam hubungan barunya. Bisa juga ini akibat menyaksikan orang tua mereka terus-menerus bertengkar soal uang.
Penulis/Editor: Citra Puspitaningrum
Tag Terkait: