
Gen Z memang masih muda, tetapi keuangan mereka sudah maju, terutama soal investasi. Menurut sebuah laporan baru, lebih dari separuh Gen Z di Amerika Serikat (AS) sudah memiliki beberapa jenis investasi. Bahkan, sebagian besar telah mulai investasi sebelum usia 21 tahun.
Melansir Money, laporan baru dari Financial Industry Regulatory Authority (FINRA) dan lembaga keuangan nirlaba, CFA Institute, mengungkap perbedaan kebiasaan investasi generasi termuda dari generasi yang lebih tua. Menurut laporan itu, 56 persen Gen Z AS ( yang usianya saat ini kira-kira 18-25 tahun) memiliki setidaknya lebih dari 1 jenis investasi. Sebanyak 82 persen dari investor muda ini pun sudah mulai berinvestasi sebelum usia 21 tahun.
Baca Juga: Kenapa Generasi Milenial Terlambat Memulai Investasi Saham?
Dari investor Gen Z tersebut, 55 persen terutama berinvestasi dalam cryptocurrency, 19 persen hanya memiliki aset cryptocurrency, 41 persen memiliki investasi saham, dan 35 persen berinvestasi dalam reksa dana. Rata-rata investor Gen Z memiliki aset investasi sekitar USD 4 ribu (Rp59 juta). Sebanyak 25 persen investor Gen Z pun mulai melakukannya sebelum 18 tahun, sedangkan 82 persen mulai berinvestasi sebelum usia 21 tahun.
Survei ini menunjukkan perubahan mendasar atas cara anak muda menjangkau investasi. Menurut Gerri Walsh, presiden FINRA, kesadaran Gen Z untuk berinvestasi sejak remaja ini tumbuh karena perkembangan teknologi digital. Mereka cerdas secara digital dan menggunakan teknologi seluler untuk memasuki pasar keuangan. Hadirnya internet pun memudahkan mereka dalam mencari sumber informasi terkait investasi.
Sekitar setengah dari investor Gen Z AS mengaku mengandalkan media sosial untuk belajar tentang investasi. Cara paling populer untuk memelajari investasi ini adalah menggunakan YouTube, pencarian Google, dan Instagram. Karena pengaruh media sosial, 41 persen investor Gen Z mengaku mulai berinvestasi karena FOMO (takut ketinggalan).
Laporan ini menunjukkan untuk pertama kalinya suatu generasi berkiblat pada media sosial sebagai panduan dalam memilih produk investasi. Ini berbeda dari Milenial, generasi pertama yang tumbuh dengan media sosial, dan investor Gen X yang cenderung mengandalkan nasihat profesional dan sumber daya perusahaan untuk mengambil keputusan sendiri.
Selain itu, hadirnya aplikasi investasi bebas biaya turut mendorong antusiasme Gen Z dalam berinvestasi. Pasalnya, platform tersebut memudahkan Gen Z berinvestasi dengan nyaman di mana saja, tanpa perlu bertemu dengan konsultan keuangan.
Penulis/Editor: Citra Puspitaningrum