Menu
Personal Finance
Knowledge
Work Life
Relationship
Mental Health
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kenapa Investasi Saham Bisa Bikin Rugi?

Kenapa Investasi Saham Bisa Bikin Rugi? Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
WE Trivia, Yogyakarta -

Investasi saham merupakan salah satu cara terbaik untuk menjaga nilai kekayaan. Sayangnya, ketika baru mulai mencoba investasi saham, investor seringkali membuat keputusan gegabah. Akibatnya, mereka merugi dan kehilangan lebih banyak uang.

Melansir The Ladders, saham merupakan instrumen investasi yang memiliki risiko tinggi. Jadi, tidak ada jaminan kesuksesan atau berapa persen keuntungan yang akan Anda dapatkan.

Baca Juga: Kenapa Investasi Saham Sering Disamakan dengan Judi?

Namun, jika investasinya untuk jangka panjang, keuntungannya bisa dirasakan. Di sisi lain, beberapa investor mengalami kerugian karena melakukan kesalahan berikut ini. 

1. Tidak Melakukan Riset

Ada banyak artikel online, public figure, influencer, bahkan teman atau saudara menggembar-gemborkan saham terbaru dan membujuk orang untuk berinvestasi pada saham tersebut. Alhasil, banyak yang langsung mengikuti saran itu tanpa menganalisisnya sendiri. Padahal, "rekomendasi" itu bisa saja dibayar oleh perusahaan yang memiliki saham atau mendanainya.

Membaca prospektus saham memang dapat membuat Anda pusing tujuh keliling. Namun, ini sangat penting dilakukan dan tidak terlalu sulit setelah Anda tahu apa yang harus dicari. Lagipula, uang yang akan Anda investasikan adalah hasil dari jerih payah Anda. Jadi, Anda harus memahami seluk-beluk saham yang Anda incar sebelum berinvestasi.

Memang tidak semua rekomendasi atau ulasan tentang saham merupakan komentar bayaran. Namun, Anda perlu menganalisisnya sendiri sebelum menanamkan uang Anda.

2. Mencoba Kaya Instan

Orang kehilangan uangnya di pasar saham karena menganggap investasi sebagai tiket agar bisa kaya mendadak. Jika Anda menjelajahi topik investasi di dunia maya, Anda pasti pernah menemukan investor yang kaya mendadak. Mereka memamerkan uang, mobil mewah, atau liburan mewah, sehingga Anda berpikir mendapatkan uang itu mudah.

Padahal, Anda berpotensi kehilangan uang jika mencoba meniru mereka. Menurut studi Dalbar pada tahun 1997 hingga 2016, rata-rata investor pasar saham aktif hanya memperoleh 3,98 persen per tahun. Padahal, indeks S&P 500 menghasilkan imbal 10,16 persen.

Itulah yang terjadi jika investor mencoba mengakali pasar saham dan melakukan jual-beli dengan cepat untuk mendapatkan keuntungan instan. Jadi, abaikan iming-iming cepat kaya atau saham yang "wajib dimiliki". Anda harus fokus pada pertumbuhan investasi jangka panjang.

3. Mengabaikan Biaya

Ketika memutuskan untuk berinvestasi, Anda harus mengetahui biaya pembelian saham. Ada komisi broker, biaya transaksi atau levy, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Penghasilan (PPh). Jika biaya ini tak dipahami dengan baik, Anda akan salah memperhitungkan uang keluar maupun masuk. Alhasil, Anda merasa dirugikan atas setiap aktivitas jual-beli saham.

4. Tidak Diversifikasi

Diversifikasi aset adalah kunci kesuksesan dalam investasi. Diversifikasi dilakukan dengan memasukkan beragam industri dan kategori yang punya reaksi berbeda satu sama lain. Jadi, ketika ada saham dari industri tertentu jatuh, masih ada saham lainnya yang bisa diandalkan. Cara ini mengurangi risiko, terutama jangka panjang. Diversifikasi juga bisa dilakukan dengan menyebar investasi dalam instrumen berbeda-beda, misalnya mencampur saham, obligasi, emas, dan properti.

5. Terbawa Emosi

Dalam investasi, emosi bisa mendorong keputusan yang buruk. Misalnya, saat pasar naik, Anda memborongnya karena termakan sugesti dari orang lain. Saat pasar turun, Anda jadi panik dan jual rugi. Alhasil, yang Anda lakukan bukan membeli di saat harga rendah dan menjualnya di harga tinggi.

6. Memperumit Investasi

Terlalu banyak mengutak-atik portofolio bisa memperumit investasi. Tak heran, banyak ahli keuangan memegang prinsip sederhana dalam berinvestasi. Misalnya, hanya ada 4 jenis saham yang dipegang, reksa dana indeks, sebagian kecil obligasi, dan sedikit emas. Dengan demikian, tercipta portofolio yang terdiversifikasi dan efektif.

Penulis/Editor: Citra Puspitaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: