
Setiap karyawan tentu mengharapkan kenaikan gaji secara berkala. Kebijakan ini diperlukan untuk menghargai semua kerja keras mereka dan agar mereka bertahan di perusahaan. Nyatanya, tak semudah itu perusahaan menaikkan gaji karyawan.
Melansir CNBC, lebih dari separuh warga Amerika Serikat (AS) yang disurvei tidak menerima gaji pada tahun 2016 di tengah kompetitifnya pasar tenaga kerja, menurut survei Bankrate tahun 2017. Mereka yang berhasil menerima kenaikan gaji tahunan pun harus puas dengan angka yang tidak signifikan. Pada 2017, gaji AS hanya naik 2,8 persen dan diperkirakan akan tetap stabil pada 2018.
Baca Juga: Kenapa Perusahaan Harus Menaikkan Gaji Karyawan?
Berikut alasan perusahaan enggan menaikkan gaji karyawannya.
1. Tidak Ada Dana
Perusahaan berusaha mengurangi biaya produksi dan operasional, bukan menambahnya. Namun, ada sejumlah faktor luar yang dapat membahayakan arus kas perusahaan, seperti ekonomi yang lesu, pesaing baru yang merebut pelanggan, atau pengeluaran tak terduga seperti mengganti peralatan yang rusak.
Akibatnya, perusahaan tak memiliki dana untuk menaikkan gaji karyawan. Jika gaji karyawan dinaikkan, perusahaan harus mencari uang di sumber lainnya, seperti menaikkan harga atau mengambil pinjaman. Keputusan itu pun akan berdampak buruk pada rencana jangka panjang perusahaan.
2. Karyawan Tidak Memintanya
Tak sedikit karyawan muda terlalu takut untuk meminta kenaikan gaji. Karyawan berkinerja terbaik sekalipun tak akan menerima kenaikan gaji jika tidak memintanya langsung. Meski percakapan itu terasa mengintimidasi, hasilnya akan sepadan. Menurut laporan Bank of America tahun 2018, hampir 80 persen generasi Milenial yang meminta kenaikan gaji dalam 2 tahun terakhir berhasil mendapatkannya.
3. Kinerja Karyawan Buruk
Selain karena naiknya biaya hidup, kenaikan gaji juga dipertimbangkan berdasarkan prestasi. Menurut studi tahun 2017 oleh perusahaan jasa profesional Aon, 40 persen perusahaan memotong atau meniadakan kenaikan gaji untuk karyawan yang berkinerja buruk. Artinya, karyawan harus bisa menunjukkan keunggulan dan menjadi yang terbaik.
4. Karyawan Tidak Mengembangkan Soft Skill
Soft skill seperti kepemimpinan, pemecahan masalah, dan komunikasi sama pentingnya dengan keterampilan teknis. Keterampilan ini pun akan semakin dibutuhkan. Jadi, selain menyempunakan pengetahuan teknis sesuai bidangnya, karyawan juga harus melengkapi profesionalitasnya dengan soft skill. Dengan menjadi orang yang tepat ketika perusahaan membutuhkan ide baru atau saat dibutuhkan pemimpin sejati, keberadaan Anda akan semakin menonjol.
5. Khawatir Produktivitas Turun
Ketika satu-satunya insentif yang ditawarkan adalah uang, karyawan jadi lebih fokus pada berapa banyak yang mereka hasilkan daripada kualitas pekerjaannya. Kondisi ini pada akhirnya tak hanya mengadu domba karyawan, tetapi juga menurunkan produktivitas perusahaan.
6. Takut Pelanggan Berkurang
Untuk menutupi biaya kenaikan gaji karyawan, perusahaan harus menghasilkan lebih banyak uang. Harga barang dan jasa pun dinaikkan untuk menutupi biaya operasional. Di sisi lain, kenaikan harga itu dapat membuat pelanggan pergi karena mencari alternatif yang lebih murah.
7. Bonus Kinerja dan Prestasi Tidak Berdampak
Menurut studi oleh Willis Towes Watson, 50 persen CEO yang disurvei menyatakan bahwa insentif tahunan, termasuk bonus prestasi, tak berdampak pada kinerja karyawan. Jadi, alih-alih menaikkan gaji, perusahaan lebih memilih menawarkan manfaat lainnya, seperti jam kerja fleksibel dan lingkungan kerja yang inspiratif yang dianggap lebih efektif dalam memotivasi karyawan.
Penulis/Editor: Citra Puspitaningrum
Tag Terkait: