
Meskipun berasal dari orang tua yang sama, saudara kandung dapat memiliki karakter dan nasib yang berbeda. Bahkan, beberapa ahli menyebut bahwa anak pertama dapat lebih sukses dibanding adiknya jika terikat pada beberapa hal.
Seorang anak yang lahir dalam urutan pertama di sebuah keluarga disebut dapat lebih potensial menjadi CEO atau pendiri bisnis. Melansir Business Insider, anak pertama juga cenderung lebih sukses dalam pekerjaan konvensional. Misalnya, anak pertama seorang pedagang akan lebih mungkin berhasil dalam dunia dagang ketimbang adik-adiknya.
Anak pertama juga beruntung dalam pekerjaan formal. Menurut Career Bulider dalam Business Insider, anak pertama cenderung mendapatkan gaji lebih tinggi jika dibandingkan rekan sekantor yang merupakan anak kedua atau anak terakhir.
Baca Juga: Kenapa Adik Bisa Lebih Kaya Dibanding Kakaknya?
Alasan yang Membuat Anak Pertama Menjadi Lebih Sukses Ketimbang Adik
Dalam beberapa kasus, umur dan situasi zaman adalah faktor utama yang membuat kenapa kakak menjadi lebih sukses. Seorang kakak yang lebih lama berpengalaman dan hidup di zaman dengan persaingan rendah tentu memiliki keunggulan dalam mengumpulkan harta. Namun, selain itu, beberapa hal yang membuat kakak dapat lebih sukses adalah sebagai berikut.
1. Anak pertama dididik sebagai pemimpin
Meskipun gaya parenting setiap orang tua dapat berbeda, anak pertama umumnya dibesarkan dengan pendidikan sebagai pemimpin. Mereka kerap diperlakukan sebagai anak tunggal sebelum hadirnya adik. Hal ini membuat anak pertama terbiasa mengambil keputusan dan menerima konsekuensinya sendiri.
Hal itu sejalan dengan survei yang dilakukan oleh Business Wire yang menyatakan bahwa 55% anak pertama adalah pendiri perusahaan atau organisasi. Gaya kepemimpinan yang dilakukan anak pertama pun cenderung sama dan kultural, yaitu meningkatkan produktivitas sekaligus menyederhanakan prosesnya.
2. Anak pertama dinilai lebih cerdas
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pertama umumnya lebih cerdas ketimbang anak kedua atau anak terakhir. Melansir The Atlantic, hal ini dipengaruhi oleh sikap orang tua yang lazimnya masih belajar parenting pada anak pertama. Sementara itu, anak kedua atau terakhir akan mendapatkan parenting yang lebih ketat sesuai yang telah dipelajari orang tua dari anak sebelumnya.
Selain itu, IQ anak pertama memang lebih tinggi dari adik-adiknya. Menurut World Economic Forum, ada perbedaan sebesar 1,5 poin antara anak pertama dengan anak kedua atau anak kedua dengan anak ketiga dan seterusnya.
Lebih besar dari itu, melansir The Sydney Morning Herald, penelitian yang dilakukan kepada pria berusia 18-20 tahun calon militer di Swedia dan Norwegia menunjukkan bahwa anak pertama memiliki IQ lebih tinggi tiga poin. Pada intinya, hal ini akan mempengaruhi seseorang dalam memecahkan masalah.
3. Anak terakhir memiliki sifat berbeda
Anak terakhir umumnya tidak akan melanjutkan bisnis atau usaha mandiri yang dibangun orang tuanya. Hal itu lazim terjadi karena anak terakhir memang memiliki kecenderungan untuk membuat keputusan yang berbeda dari kakak dan orang tuanya. Mereka lebih berani dan memiliki daya dobrak, bukan patuh dan berhati-hati seperti anak pertama.
Hal ini membuat adik menjadi tidak lebih sukses dari sang kakak pada persepsi kesuksesan yang menjadi standar keluarga. Jika dia berhasil sukses, maka umumnya akan ada pada bidang lain atau yang sama sekali baru.
Menurut Business Insider, anak terakhir sudah dapat dilihat sejak bayi bahwa dia tidak akan menyukai pekerjaan yang kaku. Mereka akan cenderung suka menjadi seniman, mulai dari menulis, menggambar, hingga komedian.
Baca Juga: Kenapa Banyak Anak Muda Ambisius untuk Meraih Kesuksesan Sedini Mungkin?
4. Pengaruh kemampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhan
Tidak perlu diperdebatkan lagi bahwa merawat dan membesarkan anak memang membutuhkan biaya, waktu, dan berbagai sumber daya yang besar. Dalam hal ini, merawat anak yang dimaksud adalah merawat dengan tujuan mencapai kecerdasan, kepribadian, dan kesehatan yang baik.
Menurut The Sydney Morning Herald, semakin banyak anak yang dimiliki oleh pasangan orang tua, maka akan semakin sedikit sumber daya yang diberikan kepada anak. Pada akhirnya, hal itu akan membuat kecerdasan anak menjadi berbeda, terutama pada anak-anak kelahiran urutan terakhir.
Penulis/Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: