
Hingga saat ini tindakan aborsi masih menjadi topik yang kontroversial karena memicu banyak perdebatan.
Di Indonesia sendiri, tindakan aborsi memang diperbolehkan untuk kondisi medis dan kasus tertentu. Merujuk pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi, Aborsi boleh dilakukan jika adanya indikasi kedaruratan medis dan paling tidak dilakukan oleh tim kelayakan aborsi.
Baca Juga: Kenapa Pria Enggan Bertanggung Jawab atas Kehamilan Diluar Nikah?
Beberapa studi mengatakan bahwa aborsi, akan berdampak pada kesehatan mental perempuan seperti menimbulkan depresi, stres, hingga perasaan bersalah.
Menurut sebuah penelitian dalam National Library of Medicine, ada beberapa alasan yang menyebabkan tindakan aborsi memiliki efek negatif pada kesehatan mental perempuan.
1. Menyebabkan Stres
Diketahui bahwa proses melakukan tindakan aborsi menimbulkan perasaan dan beban pikiran yang cukup kompleks seperti, ketidakpastian, kekhawatiran dan rasa bersalah. Sebab itu, untuk beberapa kondisi medis yang mengharuskan perempuan harus aborsi, akan memberikan sesi konseling terlebih dahulu.
2. Mengalami Depresi
Beberapa tindakan aborsi, terasa menyedihkan bagi perempuan, karena mereka harus kehilangan bayi yang sudah dinantikan. Perasaan sedih, putus asa dan kehilangan tersebut bisa menyebabkan perempuan mengalami depresi jika tidak disikapi dengan baik.
3. Menimbulkan Kecemasan
Terkadang rasa cemas dan khawatir mengenai efek jangka panjang aborsi juga bisa menyebabkan kecemasan. Selain itu terdapat ketakutan tentang bagaimana masyarakat memandang mereka setelah melakukan aborsi.
Baca Juga: Kenapa Ibu yang Mengalami Depresi saat Hamil Berdampak pada Anak?
4. Gangguan Makan
Aborsi juga dapat memicu gangguan makan pada perempuan, seperti bulimia atau anoreksia. Hal ini mungkin terjadi karena perempuan mengalami perasaan tidak berdaya atau sulit mengatasi emosi negatif yang muncul setelah melakukan aborsi.
5. Perasaan Bersalah
Beberapa perempuan mungkin merasa bersalah setelah melakukan aborsi, bahkan jika mereka merasa bahwa itu adalah pilihan yang tepat bagi mereka. Perasaan bersalah ini bisa terus berlanjut dan mengganggu kesejahteraan mental perempuan.
Sebab itu, jika memang kondisi medis mengharuskan perempuan untuk melakukan aborsi, selain harus dilakukan dengan tenaga medis profesional, penting juga untuk melakukan konseling dan mencari dukungan sosial yang dapat membantu mengatasi dampak pada kesehatan mental.
Penulis/Editor: Sabriena Yully Puspita
Tag Terkait: