
4. Suami tidak memiliki pekerjaan
Suami lebih memilih peran sebagai bapak rumah tangga karena sejak awal menikah sudah tidak memiliki pekerjaan, sementara istri justru bekerja di sektor publik. Dalam hal ini, suami tidak pernah memiliki pekerjaan formal yang tidak terikat pada 1 instansi atau perusahaan dan memilih sebagai freelancer.
5. Keterbukaan Pola Pikir Kerabat
Selain sejumlah alasan di atas, keterbukaan pola pikir kerabat makin memantapkan pilihan suami untuk berperan sebagai bapak rumah tangga. Sebab, umumnya, fenomena tersebut masih dianggap tabu oleh masyarakat.
Dengan adanya dukungan dari rekan, keluarga dan lingkungan sekitar, suami menjadi lebih nyaman dalam menjalani peran sebagai bapak rumah tangga. Keterbukaan pola pikir pun memotivasi suami dalam mengerjakan tugas domestiknya.
Relasi Pembagian Kerja dan Pengambilan Keputusan
Tesis di atas juga membahas relasi pembagian kerja dan pengambilan keputusan dalam keluarga dengan suami sebagai bapak rumah tangga. Sebab, peran istri sebagai pencari nafkah utama membuat kedudukan mereka setara.
Pembagian tugas rumah tangga disesuaikan dengan kesibukan istri. Ketika istri bekerja penuh di sektor publik, suami pun bekerja penuh pada sektor domestik. Jika tidak begitu padat, istri bisa membantu pengasuhan anak, misalnya.
Di samping itu, pengambilan keputusan dalam keluarga dilakukan bersama, terutama tentang hal yang krusial, alih-alih sepenuhnya berada di tangan suami. Sebab, pendapat istri sama pentingnya dengan pendapat suami.
Baca Juga: Kenapa Kelas Parenting Penting untuk Pasangan Suami Istri?
Namun, dalam kondisi tertentu, keputusan bisa berada pada suami saja maupun pada istri saja. Hal ini bisa terjadi jika keputusan berkaitan bukan dengan hal krusial sehingga cukup menginformasikannya satu sama lain.
Penulis/Editor: Mitha Jayanti Mardiana
Tag Terkait: