Menu
Personal Finance
Knowledge
Work Life
Relationship
Mental Health
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kenapa Nilai IPK Tak Menentukan Kesuksesan Karier?

Kenapa Nilai IPK Tak Menentukan Kesuksesan Karier? Kredit Foto: Pexels/Pixabay
WE Trivia, Yogyakarta -

Saat kuliah, kebanyakan mahasiswa berlomba-lomba meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) setinggi-tingginya. Mereka percaya semakin tinggi nilainya, semakin baik pula jalur karier mereka kelak. Sayangnya, kenyataan itu tak seindah harapan mereka.

Melansir New York Times, keunggulan akademis bukanlah prediktor yang kuat terhadap keunggulan karier. Jadi, IPK tidak mempengaruhi kinerja mereka di perusahaan.

Baca Juga: Kenapa Introvert Sulit Sukses di Dunia Kerja?

Dalam studi klasik tahun 1962, tim psikolog mendata arsitek paling kreatif di Amerika Serikat (AS) dan membandingkannya dengan rekan mereka yang terampil secara teknis, tetapi kurang orisinal. Hasilnya, arsitek yang kreatif nilai IPK-nya rata-rata B, tetapi dapat menghasilkan kinerja A. Sebaliknya, arsitek yang IPK-nya A gagal mewujudkan imajinasi mereka.

Sementara itu, Steve Jobs lulus SMA dengan IPK 2,65. J.K. Rowling lulus dari University of Exeter dengan nilai rata-rata C. Dr. Martin Luther King Jr. pun hanya mendapatkan satu nilai A selama 4 tahun sekolah di Morehouse.

Berikut alasan orang dengan IPK tinggi belum tentu sukses di dunia kerja.

1. Cakupan Nilai Akademis Terbatas

Nilai akademis jarang mencakup kualitas seperti kreativitas, kepemimpinan, keterampilan kerja sama tim, kecerdasan sosial, emosional, dan politik. Jadi, IPK hanya mencerminkan seberapa besar informasi yang bisa ditelan mahasiswa dan dimuntahkannya saat ujian.

Padahal, kesuksesan karier bukan tentang menemukan solusi yang tepat untuk suatu masalah. Ini tentang menemukan akar yang tepat pada masalah untuk diurai.

2. Orisinalitas Lebih Dibutuhkan dalam Karier

Mahasiswa harus menyesuaikan diri dengan perkuliahan untuk mendapatkan IPK yang tinggi. Namun, karier menuntut orisinalitas. Ini hanya bisa dicapai oleh mereka yang memperhatikan keingintahuan mereka dan memprioritaskan aktivitas yang bagi mereka memotivasi secara intrinsik. Pada akhirnya, hal tersebut membantu mereka untuk berjuang dengan baik dalam karier mereka.

Sementara itu, dalam sebuah penelitian, mahasiswa yang lulus dengan IPK tinggi biasanya memiliki karier yang sukses. Namun, mereka jarang mencapai eselon atas.

3. Zona Nyaman

Jika tujuan Anda lulus dengan transkrip nilai tanpa cacat, Anda akhirnya mengambil mata kuliah yang lebih mudah dan bertahan di zona nyaman. Sebaliknya, jika Anda bersedia mentoleransi nilai B sesekali, Anda tak segan mempelajari ilmu-ilmu baru dan mendapatkan pengalaman menngatasi kegagalan dan kemunduran. Proses ini pun membangun ketahanan.

Penulis/Editor: Citra Puspitaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: