Menu
Personal Finance
Knowledge
Work Life
Relationship
Mental Health
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kenapa Umat Hindu di India Tidak Merayakan Hari Raya Nyepi Seperti di Bali?

Kenapa Umat Hindu di India Tidak Merayakan Hari Raya Nyepi Seperti di Bali? Kredit Foto: Freepik/Jcomp
WE Trivia, Yogyakarta -

Meskipun mayoritas masyarakatnya sama-sama menganut agama Hindu, tetapi tradisi keagamaan yang ada di Bali berbeda dengan yang ada di India. Misalnya, Hari Raya Nyepi di Bali tidak dirayakan di India dan Hari Raya Diwali di India tidak dirayakan oleh masyarakat Bali. 

Perbedaan tersebut sebenarnya bukan hal aneh, karena beberapa perayaan agama Hindu di India bagian utara pun belum tentu dirayakan oleh masyarakat di India bagian selatan. Hal tersebut dapat terjadi karena agama Hindu cukup moderat dengan tradisi lokal dan memiliki banyak aliran. 

Meskipun tidak merayakan Hari Raya Nyepi, masyarakat Hindu di India juga memiliki perayaan sebagai peringatan pergantian tahun dalam kalender agama mereka. Umumnya, perayaan tersebut dilakukan dengan cara festival arak-arakan dan bukan berpuasa seperti di Bali. 

Melansir laman Hindu American, di tanggal yang sama dengan Hari Raya Nyepi, masyarakat Hindu di Maharashtra merayakan Festival Gudi Padwa, masyarakat Hindu Sindhi merayakan Festival Cheti Chand, Masyarakat Manipuris merayakan Festival Sajibu Nongma Panba, serta masyarakat Andhra Pradesh dan Karnataka merayakan Festival Ugadi. 

Baca Juga: Kenapa Orang Beragama Memiliki Kesehatan Mental yang Baik?

Faktor yang Membuat Tradisi Keagamaan Hindu di Bali Berbeda dengan di India 

Pada dasarnya, agama Hindu adalah salah satu agama Dharma yang memiliki beberapa aliran.  Beberapa aliran yang terdapat dalam agama Hindu adalah seperti Vaishnavisme, Shaivisme, Shaktisme, Smartisme, dan banyak turunannya. Sementara itu, Hindu di Bali adalah aliran tersendiri.

Menurut sejarawan Ni Wayan Pasek Aryati dalam penelitian berjudul Hindu Rituals In India and Bali, dijelaskan bahwa agama Hindu di Bali dibawa oleh biksu Budha dan pendeta Shaiva Hindu. Peristiwa itu dipercaya terjadi pada milenium pertama masehi ketika jaringan perdagangan antara Cina, India, Timur Tengah, dan Eropa terjadi melewati Nusantara. 

Agama Hindu lalu berkembang di berbagai wilayah Nusantara pada abad ke-4 sampai abad ke-15. Setelah itu, agama Hindu tergerus oleh agama Islam yang juga masuk melalui jaringan perdagangan. Selama pengaruh Islam tersebut, Hindu di Bali adalah sedikit dari yang tersisa.

Selama kelanjutannya, ajaran Hindu di Bali terpisah dari Hindu di India dan membentuk dirinya sendiri. Akhirnya, agama Hindu di Bali terbentuk menjadi perpaduan antara aturan Weda seperti di India dan kepercayaan lokal Bali yang cenderung dipengaruhi oleh animisme.

Umat Hindu di Bali masih memegang kepercayaan bahwa setiap benda memiliki esensi spiritual. Oleh karena itu, masyarakat Bali masih mempercayai adanya Dewi Air, Dewi Padi, Dewi Bulan, dan Dewa Waktu dengan nama-nama lokal.

Selain kepercayaan pada esensi spiritual yang juga dilakukan oleh umat Hindu di India, masyarakat Bali memiliki praktik keagamaan khas. Salah satu konsep ritual Hindu yang khas Bali adalah Panca Yadnya atau Lima Persembahan Suci. 

Baca Juga: Kenapa Agama Islam Mudah Diterima oleh Masyarakat Indonesia?

Lima persembahan yang dimaksud dalam Panca Yadnya adalah Dewa Yadnya atau ritual untuk para Dewa, Manusa Yadnya atau ritual siklus hidup, Pitra Yadnya atau ritual untuk leluhur, Bhuta Yadnya atau ritual untuk roh, dan Rsi Yadnya atau ritual untuk para pendeta. 

Upacara-upacara tersebut dilakukan untuk menjaga keharmonisan dan keseimbangan antara Dewa, alam, dan manusia. Hal tersebut juga tergambar dari tradisi keagamaan pada Hari Raya Nyepi yang dilakukan dengan keheningan, puasa, dan meditasi. 

Penulis/Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: