
Beberapa eksekutif kerap terciduk berperilaku negatif. Ada yang melecehkan, menghina bawahan, dan memanfaatkan rasa takut, intimidasi, dan kekacauan sebagai alat untuk mengelola pekerja mereka. Ada juga yang menipu, berbohong, dan menyalahgunakan jabatan untuk memperkaya diri sendiri dan mendaki ke posisi tertinggi. Lantas, bagaimana bisa orang-orang yang bersifat jahat ini bisa berada di puncak perusahaan?
Melansir dari RTE.ie, eksekutif yang sukses umumnya berkarakter karismatik, percaya diri, dan ambisius. Namun, semua karakteristik ini terkadang dikaitkan dengan Gangguan Kepribadian Antisosial, gangguan yang terkait dengan kurangnya empati, narsisme, kurangnya hati nurani, serta perilaku manipulatif dan impulsif.
Baca Juga: Kenapa dalam Demokrasi Orang Jahat Bisa Sukses di Dunia Politik?
Buku-buku seperti The Psychopaths, Snake in Suits, dan artikel-artikel di Forbes dan The Daily Telegraph menyebut bahwa perilaku psikopat sangat umum di kalangan eksekutif. Dalam masyarakat umum, sekitar 1 dari 100 orang didiagnosis dengan gangguan ini. Namun, di kalangan CEO, angkanya jauh lebih tinggi, sekitar 20 kali lebih tinggi.
Narsisme, Machiavellianisme, dan Psikopatologi
Menurut psikolog, 3 karakteristik kepribadian (narsisme, Machiavellianisme, dan psikopatologi) membuat orang sukses memanipulasi orang lain. Beberapa studi menunjukkan sifat-sifat ini memang terkait dengan kemajuan karier. Di jajaran eksekutif, psikopatologi, narsisme, dan Machiavellianisme membuat mereka sukses, setidaknya dalam jangka pendek.
Individu yang mendapat skor tinggi dalam 3 karakter tersebut kerap menawan, sangat percaya diri, tega, ambisius, nekat mengambil risiko ekstrem, mahir mengukur kelemahan lawan, dan bersedia melakukan apa pun demi keberhasilan, tak peduli itu jujur, etis, atau legal. Mereka juga sering tertarik pada kekuasaan dan pintar mengabaikan norma dan aturan sosial untuk mencapainya. Semua sifat jahat ini membantu para manajer dan eksekutif junior menaiki tangga ke puncak perusahaan.
Pintar Menyembunyikan Sifat Asli
Perusahaan kerap tak menyadari sifat jahat orang-orang ini sebelum mereka mencapai puncak. Salah satu alasannya, mereka sangat pandai menyembunyikan kecenderungan destruktif mereka, setidaknya sampai mereka dapat mencapai posisi kekuasaan dan otoritas dengan impunitas tertentu.
Ini terutama berlaku untuk psikopat, yang tak peduli pada orang lain yang menganggap perilakunya salah.
Baca Juga: Muncul Seruan 'Tenggelamkan' Seluruh Kader PDIP, Anies Tak Terbendung
Penulis/Editor: Citra Puspitaningrum
Tag Terkait: