
Kini, makin banyak perusahaan mengizinkan karyawan untuk menggunakan perangkat (misal: ponsel, laptop) dan aplikasi pribadi di tempat kerja. Kebijakan ini biasa disebut dengan bring-your-own-device (BYOD).
Mengutip The Wall Street Journal, kini persentase orang yang diizinkan oleh perusahaan untuk menggunakan perangkat pribadi dalam pekerjaan jauh lebih tinggi, mengingat karyawan cenderung mulai bekerja dari rumah pascapandemi Covid-19.
Baca Juga: Kenapa Atasan Tidak Menyukai Karyawan Magang di Tempat Kerja?
Bukan tanpa alasan, melansir BLR, perusahaan mengizinkan karyawan untuk menggunakan perangkat pribadi karena penghematan biaya. Perusahaan tidak perlu membeli perangkat dan membayar biaya bulanan terkait.
Lalu, kepuasan dan kebahagiaan karyawan adalah alasan lain pengusaha mengadopsi kebijakan BYOD. Sering kali, karyawan memiliki preferensi khusus terkait ponsel dan laptop apa yang ingin digunakan dan paling efisien.
Tak hanya itu, biasanya, karyawan juga lebih suka menggunakan ponsel pribadi karena mereka hanya perlu menggunakan satu perangkat, bukan satu untuk bekerja dan satu lagi untuk penggunaan pribadi.
Studi pada International Journal of Information Management menemukan bahwa karyawan merasa diberdayakan dapat menggunakan perangkat dan aplikasi pribadi mereka. Bahkan, kebijakan BYOD mampu mendorong perilaku kerja yang inovatif dan meningkatkan produktivitas.
Adapun karyawan memiliki standar teknologi yang lebih tinggi daripada yang seharusnya karena perbandingan biaya dan lebih cepat. Mereka cenderung memperbarui perangkat lebih sering daripada yang dilakukan oleh perusahaan.
Kekurangan Kebijakan BYOD
Jika mengizinkan karyawan menggunakan perangkatpribadi, perusahaan perlu memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa peringatan dan risiko yang cukup besar dan perlu dikurangi, yakni faktor keamanan.
Pengusaha akan kurang memiliki kemampuan untuk memastikan perangkat selalu dilindungi oleh perangkat lunak antivirus, selalu dilindungi kata sandi, selalu menghindari jaringan yang tidak aman, dll., yang diperumit dengan lusian perangkat dan platform berbeda.
Meskipun ada cara untuk mengatasi masalah ini melalui kebijakan perusahaan, kemungkinan besar karyawan akan menggunakan perangkat untuk alasan pribadi, yang juga membuka risiko keamanan yang lebih besar.
Risiko keamanan lainnya adalah betapa mudahnya data perusahaan diambil dari perangkat, baik oleh karyawan (saat bekerja atau setelahnya) atau oleh orang lain yang mungkin menggunakan perangkat tersebut.
Baca Juga: Kenapa Memarahi Karyawan Magang Justru Tidak Efektif?
Sebagian besar perusahaan mencoba membatasi risiko dan kompleksitas melalui kebijakan BYOD komprehensif, yakni penggunaan semestinya, pemantauan dan keamanan yang diperlukan perangkat, dan langkah yang diambil jika hubungan kerja diputus di kemudian hari.
Baca Juga: Koalisi yang Bisa Rebut Golkar Jelang Pilpres 2024, Dinilai Bakal Dapat ‘Durian Runtuh’
Penulis/Editor: Mitha Jayanti Mardiana
Tag Terkait: