
Homesick atau rindu rumah merupakan perasaan yang biasanya dirasakan oleh seseorang yang baru saja merantau. Orang yang homesick akan merasakan berbagai emosi, mulai dari sedih, khawatir, hingga marah.
Homesick tidak hanya dirasakan oleh orang yang jauh dari rumah dalam waktu yang lama, tapi juga bagi mereka yang pergi sebentar. Menyadur laman Web MD, diperkirakan 50-75 persen populasi dunia pernah merasakan homesick setidaknya sekali seumur hidup.
Apabila orang biasa saja bisa homesick, maka anak rantau mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk merindukan rumah. Bagaimana hal tersebut dapat terjadi? Ini penjelasan lengkapnya!
Penyebab Anak Rantau Merasa Homesick
Anak rantau mungkin sering merasakan homesick, namun bisa saja mereka tidak mengetahui apa penyebabnya. Melansir laman Web MD, penyebab perasaan homesick muncul adalah sebagai berikut.
1. Perubahan gaya hidup
Ke luar dari rumah berarti harus memulai gaya hidup dan rutinitas baru. Di mana anak rantau akan kehilangan kenyamanan dari kamar yang hangat, kepedulian orang tua, makanan enak, dan hal-hal menyenangkan lainnya.
Selain itu, perubahan gaya hidup juga dapat menyebabkan anak rantau cemas dan takut jika tidak bisa hidup sendiri. Sehingga mereka akan lebih cepat merasa rindu akan rumah
2. Sulit beradaptasi
Tidak semua orang dapat beradaptasi dengan mudah dengan situasi baru. Anak rantau yang terlalu mempertahankan kebiasaan lama dan menghindari situasi baru biasanya akan lebih mudah merasakan homesick.
3. Merasa tidak mempunyai siapa pun
Kerinduan akan rumah akan meningkat ketika anak rantau merasa sendiri dan tidak mempunyai teman untuk mengobrol. Selain itu, biasanya anak rantau akan merasa homesick ketika harus melakukan segala sesuatu sendiri. Misalnya mengurus diri dan berobat ke dokter sendiri, padahal sedang merasakan demam tinggi.
4. Perbedaan budaya
Penelitian menemukan bahwa perbedaan budaya yang besar membuat anak rantau semakin sulit menyesuaikan diri. Kemudian mereka akan merasa rindu rumah karena tidak berminat untuk menjelajahi lingkungan barunya.
Penulis/Editor: Dinda Agita Dewi