
Hingga kini, fenomena pengangguran di Indonesia masih menjadi isu yang tidak ada habisnya diperbincangkan. Oleh karena sulit dicegah, negara hanya mampu mengurangi pengangguran agar tidak terjadi peningkatan.
Isu pengangguran ini menjadi suatu hal yang tidak asing lagi di seluruh belahan dunia, tak terkecuali di Indonesia sebagai negara berkembang. Bahkan, banyak lulusan perguruan tinggi justru turut menganggur.
Baca Juga: Kenapa Karyawan Sulit untuk Naik Jabatan?
Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2022 menunjukkan bahwa tingkat pengangguran Indonesia tercatat sebesar 5,83 persen dari total penduduk usia kerja sejumlah 208,54 juta orang. Yang mencengangkan, dari total tersebut, hampir 14 persen adalah lulusan diploma dan sarjana (S1).
Menjadi sebuah ironi, penduduk yang notabene mengenyam pendidikan tinggi untuk mendapatkan pekerjaan yang layak justru banyak dari mereka menganggur.
Alasan Banyak Lulusan Perguruan Tinggi yang Menganggur
Melansir artikel di situs resmi Universitas Airlangga, berikut sejumlah alasan kenapa banyak lulusan perguruan tinggi justru menganggur.
1. Keterampilan Tak Sesuai Kebutuhan
Sebagai seorang human capital, HRD kerap kali dihadapkan pada posisi merasa kesusahan mencari orang yang layak dipekerjakan sesuai dengan kualifikasi yang diharapkan. Banyak pendaftar menawarkan keterampilan yang tidak relevan atau tidak dibutuhkan oleh perusahaan saat ini.
Dengan demikian, tidak hanya sulit mencari kerja, namun perusahaan juga sulit dalam mencari karyawan. Hal ini disebabkan oleh adanya mismatch antara keterampilan yang dibutuhkan dan yang tersedia.
2. Ekspektasi Penghasilan dan Status Tinggi
Ketika lulus dari perguruan tinggi bergengsi, tak jarang seseorang memiliki ekspektasi tinggi untuk mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi dengan mudah. Hal ini membuat mereka terlalu percaya diri dengan melabeli dirinya dengan fresh grade tinggi, padahal belum tentu memiliki kompetensi yang layak.
Padahal, perusahaan tidak hanya melihat almamater sekolah, namun juga melihat kompetensi kandidat seperti apa; apakah layak atau tidak untuk dibayar tinggi.
3. Terbatasnya Penyedia Lapangan Kerja
Terbatasnya lapangan kerja bukan lagi hal baru yang menyebabkan terjadinya pengangguran tinggi. Hal ini diperburuk dengan adanya pandemi Covid-19 yang menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran.
Hal ini pun menyebabkan jumlah pengangguran tak sebanding dengan lapangan kerja yang ada. Hampir 29,12 juta penduduk usia kerja terdampak pandemi. Meski telah recover, lulusan baru yang menunggu mendapatkan pekerjaan selalu bertambah tiap tahunnya
Baca Juga: Kenapa Generasi Muda Tidak Berminat Jadi Petani?
Oleh karena itu, tantangan generasi muda pascapandemi untuk mencari kerja akan lebih berat. Mereka harus bersaing dengan ribuan orang untuk memperebutkan lapangan kerja yang semakin sedikit.
Penulis/Editor: Mitha Jayanti Mardiana
Tag Terkait: