
Pada dasarnya, laki-laki dan perempuan mempunyai kedudukan dan hak yang sama. Namun, semua itu tidak berlaku apabila pasangan tinggal di lingkungan yang melanggengkan budaya patriarki.
Melansir laman Fairygodboss, patriarki berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti “aturan ayah”. Kemudian budaya patriarki dapat didefinisikan sebagai sistem di mana laki-laki diberikan otoritas atas perempuan dalam segala aspek kehidupan.
Dapat disimpulkan bahwa budaya patriarki berkontribusi dalam pembentukan ketidaksetaraan gender dan menyebabkan penindasan perempuan. Oleh karena itu, banyak negara dan pergerakan perempuan yang berusaha mengurangi penerapan budaya patriarki.
Namun, perjuangan ini belum berhasil dilakukan di Indonesia karena masih ada masyarakat yang melanggengkan budaya ini. Lantas hal apa yang menyebabkan budaya patriarki masih subur di Indonesia? Ini penjelasan lengkapnya!
Baca Juga: Kenapa Suami Tidak Membantu Mengerjakan Tugas Rumah Tangga?
Alasan Kenapa Budaya Patriarki Masih Subur di Indonesia
Menyadur buku "Pengantar Gender dan Feminisme Pemahaman Awal Kritik Sastra Feminisme" karangan Alfian Rokhmansyah, alasan kenapa budaya patriarki masih subur di Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Keluarga mengenalkan anak pada budaya patriarki
Keluarga memberikan kontribusi besar dalam pembentukan budaya patriarki. Di Indonesia, keluarga mendorong anggotanya berpikir dan berperilaku sesuai dengan aturan masyarakat yang menganut budaya patriarki.
Orang tua membedakan perilaku yang harus dilakukan anak laki-laki dan perempuan. Seperti bagaimana cara bersikap, memilih hobi, karakter, kesukaan, dan nilai lain yang sesuai dengan gender masing-masing.
2. Laki-laki dianggap lebih kuat
Perbedaan kondisi biologis laki-laki dan perempuan dianggap sebagai awal pembentukan budaya patriarki. Laki-laki dianggap lebih kuat atau superior karena mempunyai otot dan perempuan ditempatkan pada posisi lemah. Ini membuat laki-laki lebih dipercaya dalam memimpin keluarga, masyarakat, hingga negara.
Selain itu, anggapan ini membuat beberapa perusahaan memandang remeh pekerja perempuan. Sehingga perempuan biasanya ditempatkan di posisi kurang baik dan hanya mendapat upah yang rendah.
3. Perempuan dianggap bergantung pada laki-laki
Di Indonesia, masih ada yang menganggap perempuan merupakan pekerja domestik yang lemah. Di mana pekerjaan mengurus rumah dianggap remeh karena tidak menghasilkan uang.
Sedangkan laki-laki dianggap lebih superior karena bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah dan perempuan hanya bergantung kepadanya.
Baca Juga: Kenapa Perempuan Lebih Suka Belanja daripada Laki-Laki?
4. Keluarga lebih memprioritaskan pendidikan laki-laki
Keluarga yang menganut budaya patriarki memberikan kesempatan anak laki-laki untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan kesempatan anak perempuan untuk mendapatkan pekerjaan yang mapan menjadi lebih rendah.
Penulis/Editor: Dinda Agita Dewi